Close Ads Here
Close Ads Here

HIMA PUI Cianjur Gelar Diskusi Politik, Nia Rohania: Politik Uang Adalah Praktek Koruptif!


Cianjur | Orbitjabar.com - Himpunan Mahasiswa Persatuan Umat Islam HIMA PUI Kabupaten Cianjur menggelar Acara Dialog Pendek Mahasiswa Ramah Politik dengan tema "SDM Politik di Indonesia" di kedai Eskao Maleber, Cianjur, Sabtu, (29/07/23).


Hadir dalam kesempatan tersebut, Nia Rohania, SH, S.Pd, M.Pd, sebagai nara sumber 1, Lilis Nuraeni, S. IP sebagai nara sumber 2, Faluzia pegiat seni, para pegiat literasi dan juga Mahasiswa yang tergabung dalam HIMA PUI.


Nia Rohania dalam paparannya sebagai nara sumber mengatakan, Setiap kali mendekati pemilu, para calon kontestan, mengumbar janji manis kepada masyarakat. Tidak jarang juga sebagian dari mereka menebar amplop berisikan uang atau bingkisan sembako. Secara sadar mereka telah melakukan politik uang, sebuah praktik koruptif yang akan menuntun ke berbagai jenis korupsi lainnya.



"Miris, untuk menjadi caleg, tidak ada testing, tidak ada kriteria tertentu, yang ada sekarang pertimbangannya hanya berapa punya modal, berapa kepopuleran, dan seperti apa pola kerja untuk dapat memenangkan kontestasi", papar Nia.


"Itu salah satu kelemahan sistem kita, orang berkarakter baik maupun buruk semuanya punya hak untuk dipilih", imbuhnya.


Kedepan, Nia mengajak para mahasiswa yang hadir untuk berpartisipasi dalam memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat terutama masyarakat kaum marginal.


"Mari kita tuangkan ide dan gagasan dalam bentuk artikel. Politik seperti apa sih yang bisa dituangkan untuk Cianjur dan Indonesia" ungkap Nia.


"Mudah-mudahan artikel tersebut bisa jadi bahan acuan untuk masyarakat dalam menentukan pilihan para wakilnya di DPR maupun dalam memilih pemimpin. Harapannya lewat tulisan ini juga dapat menjadi acuan para pemangku jabatan", imbuhnya.


Sementara, Llis nuraeni mengawali paparannya dengan mengutip perkataan Machiaveli bahwa politik itu adalah kekuasaan dan selanjutya  melanggengkan kekuasaan. Itu yang saat ini banyak diadopsi oleh para politisi yang tujuannya hanya ingin kekuasaan saja.


Lilis mengatakan, kriteria yang menjadi anggota legislatif misalnya, sebaiknya dilakukan Seleksi biar qualified seperti apa modal sosialnya, modal ekonomi dan modal persinalnya.


"Kalau di luar negeri, seperti halnya di singapura, para kontestan politik yang pertama harus punya modal personal dulu, tapi kalau di kita mengedepankan modal ekonomi yang jadi kalkulasi partai", ungkap Lilis.


Menurut Lilis, Masyarakat umum di indonesia dalam berdemokrasi SDM-nya masih kurang memahami dalam  partisipasi berpolitik.


 "Masyrakat bawah bukan partisipan, terlebih masyarakat marginal yang sering dijadikan komoditas politik. Kalau kelas menengah ke atas mungkin sulit dipengaruhi oleh politik uang, makanya, pendidikan politik yang harus ditingkatkan dan mindset masyarakat kelas bawah harus diperbaiki", kata Lilis.


Untuk itu, lanjut Lilis, generasi kelas menengah, intelek mahasiswa semestinya memberikan pendidkan politik kepada lingkungan sekitarnya.


"Hampir tidak ada dalam kehidupan sehari-hari yang tidak berhubungan dengan politik, itulah pentingnya peran serta kelas menengah dalam memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat sekitar", Ujar Lilis.

 

"Mari kita bangun masyarakat menjadi masyarakat yang melek politik, menjadi masyarakat partisipan, mari mulai pembenahan, hilangkan kebiasaan untuk tidak menerima amplop dari para kontestan politik", ajak Lilis.


Baca Juga: SMAN 1 Cilaku Pungut Biaya Berdalih Sumbangan, Sebagian Diduga Masuk Kantong MKKS


Di akhir acara diselingi pembacaan puisi oleh para pegiat literasi dan mahasiswa diantaranya Ence Sumirat penulis buku kumpulan puisi "Ode Untuk Mak Erot".


"Say No, To Money Politic" tegas Ence.** (Yd)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama