Close Ads Here
Close Ads Here

Saat AHY Move On, Dibalik Penghianatan Koalisi Perubahan dan Perbaikan


Oleh: Nia Rohania, SH, S.Pd, M.Pd

Orbitjabar.com - Tiga hari sudah berlalu sejak Anis Baswedan dan Cak Imin (Muhaimin Iskandar)  mendeklarasikan koalisi baru capres dan cawapres 2024. Ini menjadi pertanda kebenaran berita yang sempat menjadi gonjang ganjing dunia politik Indonesia , Peristiwa yang sangat mengejutkan masyarakat Indonesia terutama para petinggi dan para kader partai Demokrat. 


Penurunan baligo bergambar Anis AHY serempak di beberapa kota di Indonesia menjadi bentuk kemarahan dan kekecewaan dari para kader demokrat, disusul dengan pencabutan dukungan terhadap Anis Baswedan yang dibacakan langsung oleh SBY selaku pimpinan majelis tinggi partai demokrat atas sikap Anis baswedan yang dinilai tidak konsisten, tidak komitmen, telah mengingkari piagam koalisi perubahan dan perbaikan yang telah ditandatangani bersama oleh partai  Nasdem dan PKS yang akan mengusung AHY sebagai calon wakil presiden dalam pemilu 2024. 


Berbagai tuduhan negatif pun datang bertubi-tubi kepada partai demokrat, terutama kepada SBY yang dinilai terlalu lebay, terlalu baper , dan tidak bijaksana karena telah berbicara jujur dan terbuka apa adanya kepada publik tentang rasa marah, kecewa atas sikap Anis Baswedan dan Partai Nasdem yang telah menusuk dari belakang, seperti Musang berbulu Domba yang telah mengkhiantai janji yang telah terucap dan tertuang dalam Piagam Koalisasi untuk terus bersama AHY dan Demokrat dalam melakukan perubahan dan perbaikan lewat Pemilu 2024 sebagai pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2024. Sampai-sampai Partai Nasdem lewat politisinya,  Ahmad Sahroni akan melaporkan Bapak SBY ke Bareskrim Polri karena telah menuduh partai nasdem sebagai penghianat dan menyangkal semua perkataan SBY bahwa itu tidaklah benar. 


Berbagai media pun mencoba mengklarifikasi dan mencari pembenaran atas berita dan pernyataan yang simpang siur, kebenaran tentang apa yang telah terjadi dibalik “Pengkhianatan Koalisi Perubahan dan Perbaikan". 


Klarifikasi yang disampaikan oleh Anis Baswedan lewat Mata Najwa pada tanggal 4 September 2023 sangat berbeda dengan klarifikasi yang disampaikan oleh Partai Demokrat lewat sidang Majelis Tertinggi Partai Demokrat yang dibacakan oleh Iftitah Sulaeman, anggota Tim Delapan  pada tanggal 1 September di Cikeas tentang kronologis kejadian terbentuknya koalisi perubahan hingga penandatangan piagam kloalisi Perubahan  oleh partai Demokrat, PKS dan Nasdem.  


Masing-masing mempertahankan argument kebenarannya dengan menunjukan berbagai bukti yang menguatkan, tapi tentu saja karena ini bukan pengadilan, maka tidak ada ketuk palu hakim yang memutuskan salah satu benar dan menghukum salah satu yang dinyatakan bersalah. Tapi biarlah public yang menilai dan memutuskan siapa diantara keduanya yang patut didukung karena pernyataannya dianggap benar dan masuk logika, serta sesuai dengan kepatutan dan etika politik. 


Kemunculan AHY di depan publik pada tanggal 4 September 2023 yang tayang di Kompas TV,  yang beberapa hari lalu  tidak memberikan reaksi dan diam seribu bahasa,  kini tampil gagah dan bersahaja, berwibawa dan  penuh kharisma, memberikan pidatonya yang luar biasa, yang mampu meredam semua amarah dan pandangan negatif terhadap partai democrat dan bapak SBY, membuat para pendengar dan penonton terkesima, membuat para penonton dan pendengar merasa  adem serta semakin respect pada beliau, dan sangat disayangkan karena Anis baswedan lebih memilih cak Imin daripada AHY untuk menjadi pasangannya dalam mengayuh mahligai koalisi perubahan dan perbaikan untuk Indonesia lebih baik. 


Dalam pidatonya  AHY menyatakan bahwa bukan karena AHY tidak menjadi cawapres, maka kader demokrat marah, bukan karena Anis Baswedan berkhianat mengingkari piagam koalisi, maka partai demokrat geram, bukan karena Anis Baswedan meninggalkan AHY dan lebih memilih Cak Imin , maka partai democrat kecewa, tapi karena cara yang dilakukan oleh Anis Baswedan bersama partai Nasdem dianggap tidak menunjukan sikap santun dan beretika dalam politik, karena tidak dapat memegang komitmen dan menepati janji yang tertuang di piagam koalisi perubahan. 


AHY begitu legowo menerima perubahan struktur, dan menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan baru. Artinya AHY menyadari dan mengakui bahwa Allah telah menentukan jalan terbaik, maka tidak perlu membesar-besarkan hal kecil dan mengecilkan hal yang besar. Justru yang menjadi kekhawatiran adalah bila kejadian ini  memberikan wawasan negatif kepada masyarakat dan meyakinkan bahwa benar stigma politik yang sudah berkembang di masyarakat tentang politik tidak jujur, tidak amanah, menghalalkan segala cara, yang semata-mata untuk merebut kekuasaan serta penghianatan dianggap sebagai suatu kewajaran dalam dunia politik.


Sebagai pendukung Anis dan AHY tentu saja kejadian ini telah membuat saya pribadi dan para kader demokrat serta  masyarakat Indonesia  sangatlah sedih dan kecewa. Pasangan yang hampir setahun diperjuangkan, dan  dianggap sangat ideal untuk memimpin Indonesia lebih baik ke depan, tokoh pemimpin muda Indonesia yang menjadi harapan bangsa, yang memiliki daya tarik luar biasa,  kini telah bubar berlawanan arah. Reaksi setuju dan tidak setuju bermunculan, para kader pendukung dan relawan ANIS AHY pun banyak yang menarik dukungan. 


Baca JugaBantuan Kemenag Untuk Madrasah Terdampak Gempa Cianjur Diduga Masih Ada Sisa Rp. 11,8miliar

Sementara Anis Baswedan begitu sumringah bersama Cak Imin siap menyongsong masa depan. Dan AHY pun tetap tersenyum bersahaja, mengucapakan selamat kepada pasangan baru, memaafkan walau tidak melupakan  dan bersiap untuk move on dengan tetap mengusung narasi perubahan untuk perbaikan. 


Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi politik di Indonesia.**

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama