BANDUNG - Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN SGD Bandung gelar Seminar Peningkatan Soft skill Kompetensi Konselor di Era Society 5.0 di Auala FDK Lantai 4 pada Selasa, (27/09/2022).
Menurut Kajur BKI FDK UIN Bandung, Dr. Dudy Imanuddin Effendi, M. Ag, dalam pemaparannya selaku pembicara, menyatakan bahwa istilah Era super smart society (society 5.0) pertama diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 2019 lalu.
"Gagasan Era Society 5.0 ini digagas sebagai upaya antisipasi dari gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0 yang telah menyebabkan lahirnyan kondisi Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA) dalam kehidupan manusia. VUCA ini merupakan ancaman sekaligus tantangan untuk mencari solusi-solusi terbaik dan bersifat adaptif dengan kamajuan zaman." papar Dudy Imanuddin menjelaskan.
Ancaman volatilitas (Volatility), lanjut Dudy, ditandai dengan munculnya pelbagai tantangan baru yang penyebabnya sulit diprediksi. Adanya pola tantangan-tantangan baru yang tidak konsisten dan sifatnya sangat cepat perubahanannya. Bahkan konteks peristiwanya juga menjadi samar yang menjadi penyebab utama masalahnya.
Adnya proses bentukan lingkungan yang tidak stabil tidak terlepas dari dampak kemajuan teknologi yang selalu menampilkan informasi yang sangat cepat dan berubah-rubah setiap saatnya. Hal ini menyebabkan munculnya tatanan lingkungan baru, perubahan nilai dan gaya hidup, siklus arus informasi cepat, pertukaran dan tern budaya global yang dipadukan dengan arus layanan dan penyebaran informasi super cepat.
Dalam konteks ini, tindakan cepat tanggap dan ketepatan membaca peta perubahan yang terjadi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mensiasati ancaman volatilitas.
Ancaman ketidakpastian (Uncertainty) ditandai dengan adanya situasi yang mengarah kepada kecemasan lingkungan bagi generasi yang hidup hari ini, terkhusus generasi X, Z dan Y. Ketidakpastian situasi merupakan kondisi umum yang sering tampil dekade kekinian, khususnya berkaitan dengan dunia pekerjaan, karir dan lainnya.
Dampak lingkungan global cepat atau lambat akan terasa. Misalnya, dengan munculnya bidang-bidang pekerjaan yang bersifat online dan lainnya. Hal ini mennadakan adanya transformasi peradaban manusia di pelbagai bidang, yang efek multifasetnya telah menciptakan tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi.
Ancaman kompleksitas (Complexity) dalam lingkungan menjadi sangat sulit untuk secara langsung memahami penyebab masalah. Kondisi interdependensi dan interkoneksi dari pelbagai peristiwa akan saling mempengaruhi dan melahirkan permasalahan yang baru.
Ancaman kompleksitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, semisal gangguan teknologi, perubahan pola kehidupan, perubahan tren budaya, regulasi politik yang berubah-rubah, dan banyak lagi faktor lainnya.
Solusi-solusi yang dianggap jawaban kadang menjadi absurd ketika diimplementasikan dan hasilnya kadang tidak menyelesaikan masalah yang ada. Ancaman kompleksitas ini dapat membuat frustrasi banyak orang yang hidup di era serba digital.
Ancaman ambiguitas (Ambiguity) merupakan situasi yang dapat dikatakan membingungkan atau menyesatkan. Ibarat seseorang membaca melalui kaca buram yang membuat sulit bagi siapapun dalam menentukan keputusan atau pilihan tentang apa yang harus diambil dan dijadikan solusi.
Kadang solusi yang tampaknya benar untuk diterapkan tetapi kepastian mencapai hasil tidak dapat diprediksi. Ancaman ambiguitas ditandai dengan sulitnya untuk mengonseptualisasikan tantangan yang ada dan mengembangkan model solusi. Ambiguitas adalah situasi sulit, yang kadang dapat menyesatkan seseorang untuk tidak memiliki keberanian dalam mengambil keputusan.
Ancaman VOCA saat era revolusi Industri 4.0, dikhawatirkan invansinya dapat menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan yang dipertahankan selama ini. Tentu situasi ini, merupakan tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini oleh siapapun, termasuk satuan pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul.
Untuk menghadapi gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0 dan memasuki era society 5.0, satuan pendidikan, termasuk Jurusan Bimbingan Konseling Islam FDK UIN Sunan Gunung Djati Bandung harus mampu melakukan perubahan paradigma pendidikan yang bisa beradaptasi dengan kemajuan zaman dan pelbagai dinamikanya.
Para pendidik harus mampu memaksimalkan perannya sebagai penginspirasi bagi tumbuh-kembangnya kreativitas peserta didik. Pendidik juga harus berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang mampun memotivasi peserta didik untuk Merdeka Belajar.
Dengan tujuan sama-sama mengarahkan diri menjadi SDM unggul yang mampu beradaptasi di era society 5.0. dengan melibatkan pelbagai kegiatan melalui intrakurikuler, ko kurikuler, ekstrakurikuler, lingkungan dan pemberdayaan budaya masyarakat.
Seminar Peningkatan Soft skill Kompetensi Konselor di Era Society 5.0, menurut ketua Jurusan Bimbingan Konseling Islam FDK UIN Sunan Gunung Djati Bandung, merupakan salah satu upaya menjawab tantangan Revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 dalam dunia pendidikan yang diperlukan, yakni peningkatan kecakapan hidup abad 21.
Diantaranya menanamkan kompetensi kepada mahasiswa tentang 4C, yakni Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration yang diperlukan dalam menghadapi kehidupan di era Revolusi industri 4.0 dan Society 5.0.
Seminar yang dilaksanakan tangal 27 September 2022 di AULA FDK dengan menghadirkan narasumber Coach Eki Sutanto, CBC., sebagai CEO sekaligus Founder Gapai dan Analisa ASA dengan moderator Dede Irawan, M. Sos., (Dosen Pengampu Mata Kuliah Soft Skill), diharapkan mampu menginternalisasi kompetensi softskill, baik itu Power Skill, Common skill, dan engagement skill.
"Melalui Automatic Skill Analize (ASA) yang disampaikan oleh Coach Coach Eki Sutanto, CBC., para mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SunanGunung Djati sebagai calon-calon konselor muslim diharapkan juga dapat menanamkan kompetensi softskill dan dijadikan sebagai bagian dari personal atribut dan personal enviroment dalam menghadapi dinamika serta tantangan kehidupan di era Revolusi industri 4.0 dan Society 5.0." pungkas Dudy Imanuddin mengakhiri. (Dudi/ Ridwan Mubarak)
إرسال تعليق