Oleh: Nunu Hamijaya
Oleh: Nunu Hamijaya
Dimana kira-kira sosok kehidupan imajinatif Si Kabayan pernah hidup? di tengah-tengah masyarakat BANTEN? Bagaimana mungkin? Tipikal manusia Sunda- Banten pada tahun 1888 terjadi peristiwa pemberontakan haji di Banten, kemudian berubah menjadi sosok pribadi Si Kabayan? Yang ada adalah sebuah cerita tentang Si Kabayan Ngaku Haji, dalam buku karya Achdiat K. Mihardja, 1997. Si Kabayan, Manusia Lucu, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Orbitjabar.com - Prof. AJIP ROSIDI, (1984) dalam bukunya “ Manusia Sunda: Sebuah Esay tentang Tokoh-tokoh dan Sejarah .Jakarta: Idayu Press menulis “Buku yang memuat cerita-cerita si Kabayan bersama dengan cerita lainnya yang pertama adalah susunan C.M. Pleyte tahun 1912” “Ada dongeng-dongeng si Kabayan yang dicatat dari mulut ke mulut dari berbagai tempat,” (Rosidi, 2009:32), diantaranya ada disertasi dari DR. COSTER WISJMAN, dengan judul Tijl Uilenspiegel verhalen in indonesie in het biezonder in de Soendalenden, tahun 1929. Ada juga yang berjudul si Kabayan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Menurut Ajip Rosidi, identitas si Kabayan ini dapat kita gali kembali, jika ada kemauan untuk mencari dan menjabarkan (makna) apa saja yang kita temukan di dalam ceritanya. Ajip Rosidi mengemukakan bahwa, hal ini tidak mungkin terjadi “…dalam keadaan tanpa pengetahuan dan tanpa sadar” (Ekadjati, 2005:4). Berarti, untuk mendapatkan jawabannya, kita harus tahu asal-muasal (dasar) dari mana sebenarnya cerita si Kabayan ini.
Kapan tokoh fiktif-imajinatif ini muncul?
Kata Kabayan baru muncul saat abad ke-19. Saat itu, kondisi umum pribumi, baik Sunda, Aceh, Jawa di wilayah Hindia Belanda sedang dalam taraf kehidupan yang sengsara, miskin, dan terhina, terjajah. Suku Sunda yang merupakan pribumi yang termasuk paling terbesar secara kuantitas dan berada di wilayah strategis secara sosial-ekonomi-politik karena dekat dengan Batavia. Namun anehnya di wilayah tersebut ada dua istana bagi Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dibangun yaitu Cipanas dan Bogor. Ini adalah siasat dan cara Kolonial-Belanda (Kerajaan Protestan Belanda, Ahmad Mansur Suryanegara) sebagai simbol tunduknya kekuasaan di bekas Kerajaan Sunda Pajajaran.
Dalam kurun waktu, 1900-1930, banyak peristiwa fenomenal di Tatar Sunda yang justru bukan diinisiasi oleh pribumi Sunda. Pada tahun 1912, di Bandung berdiri partai politik nasionalis-radikal pertama di Hindia Belanda, yaitu Indische Partej, diinisiasi bukan oleh orang Sunda. Demikian halnya, dengan Paguyuban Pasoendan, didirikan oleh D.K. Ardiwinata, yang bukan orang Sunda. Pada tahun 1916, berlangsung suatu kongres nasional pribumi muslim terbesar di zaman Hindia Belanda, yaitu Natico I oleh Central Sarekat Islam (CSI) dengan tokoh utamanya adalah Oemar Said, Tjokroaminoto asal Ponorogo. Demikian pula adanya Partai Nasional Indonesia (PNI : 1927) didirikan di Bandung oleh Soekarno orang Blitar.
Apresiasi terhadap tokoh Si Kabayan
Dalam banyak pernyataan para akademisi tentang Si Kabayan, mereka memberikan suatu apresiasi yang melampaui ‘tokoh imajinatif Si Kabayan’ yang hidupnya baru satu abad saja itu. Wijsman (1929) mengartikan ‘Kabayan’ sebagai semacam pamong desa yang bertugas menyampaikan berita. Sementara itu Prof. Berg meneliti arti kabayan dari sisi etimologinya. Menurut Berg, kata kabayan berasal dari bahasa Sansekerta, bhaya yang artinya takut. Hal ini sesuai dengan gambaran Kabayan versi Tanganan Pangrisingan yang harus memiliki sifat “magis”. Kedua, istilah kabayan diambil dari kata dasar bay yang berarti wanita. Hal mana sesuai dengan nama Ken Bayan dalam cerita-cerita Panji.
Rassers (1941) menilai, SK adalah tokoh ambivalen. Selain sebagai penghubung dan pewarta dari Sang Pencipta Semesta, ia juga dinilai sebagai tokoh yang mewakili totalitas dan kekuatan masyarakat yang bersifat membangun tetapi juga meghambat. Di dalam dirinya sifat ketuhanan dan demonis mewujud menjadi satu. Oleh karena itu, Rassers menganggap SK sebagai pahlawan budaya sekaligus tukang tipu.Kedua, istilah kabayan diambil dari kata dasar bay yang berarti wanita. Hal mana sesuai dengan nama Ken Bayan dalam cerita-cerita Panji.
Kemudian Held (1951), yang memperbandingkan Si Kabayan dengan panakawan dari lakon-lakon wayang Jawa khususnya dari segi fungsi lelucon-leluconnya.
Apresiasi Pribumi Hindia-Belanda (Indonesia)
Ada yang mencoba mengaitkannya dengan literasi Islam. Kabayan ini adalah tokoh imajinasi, tokoh imajiner yang hadir di setiap benak masyarakat Sunda. Tidak bisa dijelaskan secara fisik, namun dapat dilihat dan dirasakan dari sifatnya. Cerita-ceritanya bermajas personifikasi.
Namun anehnya, melebihi tokoh-tokoh sejarah yang tertulis dalam al Quran, nama Kabayan sungguh filosofis sekali. Entah, apakah karena Snouch Horgronye dan Penghulu Hasan Mustofa, sangat jenius memberi nama dengan makna seperti ini. Kabayan ini berasal dari kata KA- yang dalam basa Sunda disini sebagai penuduh, untuk-, penunjuk atau pengarah. Dalam basa Sunda berarti kecap panganteur (kaditu, kadieu). Lalu ada kata – Bayan, dari bahasa Arab yaitu Bayanun, Al-Bayan yang artinya menerangkan, menjelaskan hal-hal yang terbungkus dengan beberapa kondisi menjadi terang benderang. Al-Bayan disini juga adalah nama lain dari kitab suci Al Quran.
Utuy T. Sontani (1920-1979) ikut meneliti Si Kabayan pada tahun 1957 mengungkapkan bahwa SK merupakan “manusa anu geus teu nanaon ku nanaon”. Maksudnya, Si Kabayan telah menjelma menjadi manusia yang terlepas dari beragam rasa yang bisa memengaruhi manusia. Artinya, ia telah menjadi ubermensch, istilah Nietzsche. Sementara itu, Ajip Rosidi (1964) berpendapat SK merupakan personifikasi orang Sunda
Sementara Jakob Sumardjo (2003) menilainya dari aspek primordialisme orang Sunda. Ia menilai bahwa “Si Kabayan berwatak paradoks, pintar, dan bodoh sekaligus. Ia pintar kalau kepentingannya sendiri terganggu, tetapi ia bodoh kalau sedang dikuasai oleh nafsu-nafsunya. Ini menunjukkan kewajaran orang Sunda untuk mentertawakan dirinya sendiri, kelemahan diri, dan kelemahan manusia umumnya.”Di mana orang Sunda berkumpul di situ ada tertawa. Rupanya humor berhubungan juga dengan masalah ‘dalam’.
Sedangkan Bambang Q Anees (2002) berpendapat ia bahwa merupakan tokoh fiksi yang diciptakan sebagai penghibur atawa kurir filosofi hidup orang Sunda. Kemudian menurut Bambang, “ketawalah yang menjadi inti dari sosok Si Kabayan.” Kemudian ia pun mempertautkan SK dengan konsep pencerahan ala Tao. Dari sisi ini, “tertawa” dimaknai sebagai “penemuan kepahaman akan suatu lelucon secara begitu cepat. Pada saat itu kita seperti menemukan rantai kebenaran yang selama ini terlepas.” Nah, pada titik inilah, menurut Bambang, “Kabayan memainkan dirinya sebagai pemancing ketawa demi pencerahan tertentu
Karya sastra Si Kabayan bersumber dari orang Belanda
Pada 1911 terbit Pariboga: Salawe Dongeng-Dongeng Sunda. Buku ini disusun oleh Cornelis Marinus Pleyte dan diterbitkan oleh Kantor Tjitak Goepernemen. Ada yang menganggap, inilah buku pertama yang memuatkan cerita Si Kabayan.
Pada 1932, Balai Pustaka menerbitkan buku Si Kabajan. Buku ini disusun berdasarkan dongeng-dongeng yang ada dalam penelitian Maria-Coster Wijsman. Entah apa alasannya, dongeng-dongeng dalam disertasi terdahulu itu dipilih lagi. Beberapa dongeng yang berbau seks kemudian dibuang.
Pada tahun yang sama (1932) , terbit Si Kabajan Djadi Doekoen karya Moh. Ambri. Karya ini dianggap sebagai saduran dari salah satu naskah drama karya Moliere, “Le Medicin Malgre Lui”. Menginjak tahun 1941, hanya ada satu judul buku yang terbit mengenai Si Kabayan. Buku berjudul Kabajan itu disusun oleh W.H. RASSERS dalam bahasa Belanda.
Tradisi Lisan Masyarakat Banten
Sedikit membahas tradisi sastra dan seni Banten untuk meneliti kemungkinan tokoh imajinatif SI Kabayan hidup dalam tradisi sastra Banten. Selain Debus, kita mengenal Seni Ubrug (`1918) merupakan seni tradisional khas Banten yang memadukan unsur lakon, ampe tari dan pencak silat, dalam satu lakon tersebut dipentaskan dalam satu komedi dan memiliki sebaran amper di kabupaten dan kota di Banten.
Banten memiliki khazanah Cerita Rakyat , yang terkenal misalnya “Masjid Sumpah Terate Udik”, “Legenda Gunung Pinang”, “Asal Muasal Batu Kuwung”, “Legenda Prasasti Munjul”, “Hikayat Tanjung Lesung” , “Pangeran Pande Gelang, “Putri Cadasari” dan “Napak Tilas Syekh Mansyur”
Salah satu karya masterpiese tradisi sastra Banten adalah BABAD. Babad Banten ini olehHusein Djayadiningrat diteliti sebagai disertasi di Universitas Leiden,Belanda, berjudul Cristische Beschouing Vande Sadjarah Banten (1913). Bagian pertama isi Babad Banten dianalisis secara filologis, sedangkan bagian kedua ditinjau secara historis. Selain terungkap karakteristik penulisan sejarah tradisional di Jawa, dalam studi itu tersusun pula rekonstruksi sejarah Kesultanan Banten sampai pertengahan abad ke-17, karena peperangan antara Banten dengan Kompeni terjadi tahun 1650.
Sebuah Framing Terhadap Karakter Pribumi
Framing artinya pembingkaian –dari kata frame yang berarti bingkai. Framing merupakan bagian dari strategi komunikasi media dan/atau komunikasi jurnalistik. Pengertian praktisnya, framing adalah menyusun atau mengemas informasi tentang suatu peristiwa dengan misi pembentukan opini atau menggiring persepsi publik terhadap sebuah peristiwa.
Framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu pemilihan fakta dalam sebuah peristiwa yang dinilai penting disajikan dan dipikirkan pembaca (publik). Framing bertujuan untuk membingkai sebuah informasi agar melahirkan: citra, kesan, makna tertentu yang diinginkan media, atau wacana yang akan ditangkap oleh publik .
Snouk Hurgronje adalah orang pertama yang mengumpulkan kisahnya. Antara tahun 1889-1891, orientalis asal Belanda ini mengadakan penelitian mengenai kehidupan Islam dan cerita rakyat yang ada di Pulau Jawa. Untuk mengelilingi pulau ini, ia mengajak H. Hasan Mustofa yang telah ia kenal di Mekkah pada 1885.
Sebagai bukti kerja yang dilakukan Snouck, pada 1929 terbit Tijl Uilenspiegel verhalen in Indonesie in het Bizonder in de Soendalande, buku yang berasal dari disertasi Maria-Coster Wijsman, tentang Tokoh Si Kabayan yang hidup di Banten Selatan. Sumber kisah-kisah dalam buku itu ia ambil dari catatan-catatan mengenai Si Kabayan yang dikumpulkan oleh Dr. Snouck. Cerita Hurgronje adalah murni cerita Kabayan dari satu masyarakat yang sama yaitu dari daerah Banten-Selatan
Agak mengherankan dan menimbulkan tanda tanya, mengapa tokoh Si Kabayan muncul pertama kalinya dari sosok budaya orang-orang Sunda-Banten, yang dikenal sebagai pemberani, melawan penjajah,sederhana, tidak mudah menyerah, dan tidak begitu suka humor atau melucu, atau cawokah. Berbeda dengan orang-orang Sunda di kawasan Priangan Timur, yang terkenal halus bahasanya (unda unduk bahasa akibat pengaruh Mataram Jawa), dan pribumi menaknya menikmati pendidikan ala Barat.Disertasi Maria-Coster Wijsman itu begitu saja diterima oleh kalangan masyarakat pribumi Sunda sebagai cerita-cerita Si Kabayan orang Sunda-Banten!
Mengapa, justru Banten yang dijadikan setting lokasi asal-usul cerita SI Kabayan yang tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat muslim Banten yang terkenal kuat akidahnya? Tentu ada maksud lain, sebagai upaya mem-framing secara negatif tentang rakyat Banten yang selama bebeap abad adalah musuh Kompeni dan Hindia Belanda itu. Si Kabayan itu adalah tokoh fiktif, sehingga tidak mungkin ada tokoh semacam itu, meskipun mungkin bisa saja ada tipikal tokoh semacam itu di daerah manapun.
Baca Juga: SMAN 1 Cilaku Pungut Biaya Berdalih Sumbangan, Sebagian Diduga Masuk Kantong MKKS
Cerita Si Kabayan, pun diterbitkan oleh penerbit pemerintah kolinal Hindia Belanda (Balai Pustaka). pada 1932, Balai Pustaka menerbitkan buku Si Kabajan. Pada tahun yang sama, terbit Si Kabajan Djadi Doekoen karya Moh. Ambri. Karya ini dianggap sebagai saduran dari salah satu naskah drama karya Moliere, “Le Medicin Malgre Lui”.
Kita bisa menduga-duga, bahwa Si Kabayan adalah tokoh fiktif yang dibuat-buat pihak Kolonial Belanda secara cerdas dan halus untuk membangun suatu ‘imajinasi bawah sadar’ kaum intelektual pribumi Sunda tentang siapa sejatinya orang Sunda itu seperti halnya Si Kabayan itu. Sosok pribadi yang sangat Individualistis, dengan segala kehebatan sufistisnya, humor-humornya,dan pinter-kabalinger, usil,tak tahu adab, namun sekaligus juga menyenangkan sehingga membuat orang mampu menertawakan dirinya sendiri.Sayangnya, itu semua hanya memiiki dimensi personal, dan hubungan religius yang personal saja. Terakhir, tidak punya sifat memberontak!
Baca Juga: IPM Muara Capaian Pembangunan Suatu Daerah
Jadi,kalau disebut sebagai representatif orang Sunda, yang usia kehadiran suku Sunda itu sudah lebih dari 1000 tahun, sejak adanya Kerajaan Sunda (Abad ke- 7) atau Kesultanan Banten (Abad ke 15) . Suatu hal yang tak masuk akal dan pembodohan publik, bahwa Si Kabayan adalah representasi orang Sunda Banten dahulu dan modern!!! Namun, nampaknya hingga saat ini, tanpa sadar diamini oleh sebagian besar masyarakat Sunda.**
إرسال تعليق