Close Ads Here
Close Ads Here

Sundaland, Atlantis yang Hilang dan Gunung Padang

 

Oleh: Nunu A. Hamijaya
Penulis Buku Historiografi Tetralogi Islam Bernegara

Orbitjabar.com - Beberapa hari yang lalu, kami berkesempatan untuk mengunjungi Situs Gunung Padang. Berlima, saya, dan istri serta ketiga sahabat , Ardan, Manan, dan Iwan. Untuk menuju lokasi itu, dari Cianjur kami memakai jalur ke Cibeber untuk menghindari kemacetan dan lebih cepat sampai. Sebenarnya, ada jalur lain yaitu lewat Warungkondang.

Yang banyak bercerita tentang Gunung Padang ini adalah Pak Iwan. Pengetahuan sejarahnya sering ‘out in box’, menceritakan secara detail bahwa ada kesamaan peradaban di sana dengan masyakarat di Peru. Salah-satunya dari cara duduk atau ‘emok’, kata orang Sunda. Hal ini ditunjukkanya saat bertemu dengan salah-seorang bapak penduduk di sana yang sedang duduk-emok melayani kami. Adanya piramida juga merupakan konstruksi bangunan untuk menangkap sinyal dari bintang-bintang dan galaksi.

Pembicaraan kami sampai pula ke topik tentang Atlantis yang Hilang itu adalah Sunda land. Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6/2005 pernha menyatakan bahwa salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis -- jika memang benar -- adalah PULAU NATUNA, RIAU. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.

Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya benua Atlantis , bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru. Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.

Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang. Salah satu teori, menurut Harry Truman, mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju, proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.

Tentang Sundaland
Dalam sebuah penelitian sejarah kata Sunda ini sudah dipakai oleh pakar ilmu bumi pada tahu 150 Masehi mengacu pada 30 besar yang terletak di timur India.Kata Sunda sendiri berasal dari bahasa sangsekerta yang bermakna bersinar terang dan putih, dari istilah inilah yang kemudian dipakai secara luas oleh pakar ilmu bumi serta pembuat atas Eropa untuk merujuk pada kawasan yang pada zaman sekarang ini merupakan wilayah kedaulatan Indonesia.

Digunakannya sebutan Sunda besar dan Sunda kecil wilayah Sunda Besar meliputi Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dan Sulawesi. sedangkan wilayah Sunda Kecil meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Bukti adanya eksistensi penambahan Sunda di wilayah Indonesia tercatat dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1958, undang-undang tersebut sebagai penetapan undang-undang darurat nomor 9 tahun 1954, tentang perubahan nama Sunda kecil menjadi Nusa Tenggara yang sekarang kita kenal dengan provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat Sampai Maluku.

Adalah gabungan dari keduanya itu di zaman dahulu dinamakan dengan Kepulauan Sunda atau Sunda islands menurut Tolemas (90-168M) seorang ahli ilmu bumi dari Yunani, bahwa nama Sunda sudah dikenal sejak abad ke 1 Masehi,sebagai sebuah daratan yang dikelilingi banyak gunung berapi dengan tanah yang sangat subur serta dihuni oleh aneka satwa dan fauna.

Pada atlas yang dibuat oleh Giokomo Dorosi pada tahun 1683, kawasan kepulauan yang kini bernama Indonesia disebut dengan ISOLE DELA SUNDA atau Kepulauan Sunda. Ada juga peta kuno yang terbuat dari perunggu yang di grafir pada tahu 1719 buatan Jerman yang dinamakan DIINSAN PONCE yang berarti Pulau Sunda.

Perjalanan sejarah mencatat bahwa nama Sunda ini sudah ditemukan sejak zaman Kerajaan Tarumanegara sekitar abad keempat jenis SUNDAPURA sebuah daerah yang pernah menjadi ibukota Kerajaan Tarumanegara Kerajaan dan menjadi KERAJAAN SUNDA (Abad ke-15). Sejak masuknya Barat Belanda, kejayaan masa lalu nama SUNDA makin lenyap. Bahkan, untuk sebuah nama PROVINSI saja, sampai Indonesia menjadi negara, hanya menjadi negara boneka Belanda, bernama Negara Pasunda (1948). Sejak itu, nama Sunda seperti diasingkan dan ditakuti, hanya untuk sebuah nama provinsi saja di Barat Jawa,tidak bisa menjadi nama Provinsi SUNDA, berbeda dengan Provinsi ACEH.

Tentang Gunung Padang
Wilkipedia telah memberikan informasi tentang situs megalitikum pra-sejarah Gunung Padang . Ini menunjukkan bahwa situs ini diakui sebagai penemuan ilmiah arkeologi, geologi, dan kesejarahan, dan bukan fiksi atau mitos. Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 Puslit Arkenas menindaklanjuti dengan kajian arkeologi, sejarah, dan geologi.

Fungsi situs Gunung Padang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi komunitas manusia yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM. Jelas, bahwa disana telah ada peradaban manusia.


Padang dalam nama Gunung Padang berarti ‘caang’ atau terang benderang. Namun ada juga pengertian lain dari istilah Padang yang disandang gunung itu. Pa berarti tempat, da berarti besar/agung, dan hyang yang berarti eyang/moyang/leluhur. Ketiga makna itu membuat Padang diartikan sebagai tempat agung para leluhur.
Penemuan situs Gunung Padang tercatat sejak 1891. Kala itu, peneliti dari Belanda sudah menyebutkan nama Gunung Padang dalam tulisannya. Namun kala itu mereka hanya mencatat 4 teras di situs Gunung Padang. Saat ini tercatat ada 5 teras di situs Gunung Padang.**

Post a Comment

أحدث أقدم